Jakarta - Senin malam di Cipete, Jakarta Selatan, Casatopia Cafe kembali menjadi panggung bagi suara-suara segar dari ranah musik independen.
Gelaran Main-Main di Cipete Vol. 28 menghadirkan atmosfer yang akrab dan penuh semangat, dipandu oleh dua figur yang telah menjadi wajah akrab di komunitas musik lokal, yakni Eno Suratno Wongsodimedjo dan Qenny Alyanno.
Tanpa tiket masuk dan dengan pencahayaan yang hangat, acara ini mengundang siapa saja yang ingin mendengarkan musik tanpa batas genre. Gusto Band membuka malam dengan aransemen brass dan pop modern yang mengalir ringan namun penuh energi.
Lagu Satu menjadi pembuka yang langsung menghidupkan suasana, membuktikan bahwa kompleksitas musikal bisa tetap terasa menyenangkan.
Buzar, solois muda asal Bekasi, membawa nuansa berbeda dengan gaya pop-jazz yang lembut. Lagu-lagu seperti Crazy in Love dan Under the Disco Ball ia bawakan dengan penghayatan mendalam, menciptakan ruang emosional yang intim di antara penonton.
Pengaruh dari musisi seperti Jason Mraz dan Pamungkas terasa dalam cara ia menyampaikan lirik dan melodi.
Dari Bali, Hiladies tampil dengan keberanian tematik lewat lagu Adilkah yang mengangkat isu cinta beda keyakinan. Lirik yang reflektif dan aransemen yang mendalam membuat penampilan mereka terasa personal dan menyentuh, menjadi salah satu momen paling jujur malam itu.
Inggit A. Wulan menghadirkan dimensi kontemplatif lewat lagu-lagu seperti Ilusi dan Bulan. Dengan karakter vokal yang kuat dan lirik yang lahir dari pengalaman spiritual, ia mengajak penonton untuk berhenti sejenak dan merenung di tengah aliran musik yang terus bergerak.
Sebagai penutup, Siements tampil dengan aura misterius dan gaya rock yang tegas. Penampilan mereka menjadi kejutan yang menyegarkan, menambah lapisan eksploratif dalam keseluruhan acara. Dentuman gitar dan atmosfer gelap yang mereka hadirkan menutup malam dengan kesan yang kuat.
Main-Main di Cipete bukan sekadar pertunjukan musik mingguan. Ia adalah ruang tumbuh, tempat bertemunya ide, emosi, dan keberanian untuk menyuarakan hal-hal yang mungkin tak terdengar di panggung arus utama.
Main-Main di Cipete Vol. 28 membuktikan bahwa musik independen Indonesia terus bergerak, bukan hanya untuk didengar, tapi untuk dirasakan dan dipahami. Sebuah malam yang sederhana namun penuh makna. []