Kepala BKKBN Pusat: ada Tiga Ancaman Utama bagi Generasi Muda di Indonesia

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Dr (HC) dr. Hasto Wardoyo,Sp.Og. (Foto: BKKBN Pusat)

Yogyakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr (HC) dr. Hasto Wardoyo menyebutkan, ada tiga ancaman utama terhadap generasi muda Indonesia.

Ketiga ancaman tersebut adalah stunting, mental emotional disorder, serta difabilitas dan narkotika.

"Ketiga hal ini yang menjadi ancaman untuk mencapai generasi muda Indonesia yang unggul," kata Hasto dalam sambutan peringatan ke-29, Hari Keluarga Nasional (Harganas) tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu29 Juni 2022.

Menurut Hasto, berdasarkan riset kesehatan dasar, mental emotional disorder atau gangguan emosi mental di kalangan remaja dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

"Jika sebelumnya angka remaja yang mengalami mental emotional disorder sebanyak 6,1 persen maka tahun ini jumlahnya meningkat menjadi 9,8 persen. Ini cukup serius untuk menjadi perhatian kita semua, bagaimana mencapai generasi muda yang unggul untuk masa depan Indonesia," jelas Hasto.

Hasto menyebutkan, perilaku remaja yang brutal dan mudah terpancing untuk bertindak kriminal, juga akibat dari mental emotional disorder.

"Mohon maaf, perilaku klitih di kalangan remaja Yogyakarta, kemungkinan indikasinya dari mental emotional disorder. Meskipun ini angka peningkatan secara nasional," ujar Hasto.

Kata dia, Badan Kesehatan Dunia WHO menyebutkan, gangguan emosi mental adalah gangguan keseimbangan pribadi secara klinis, gangguan pengaturan emosi dan perilaku. Hal ini biasanya dikaitkan dengan adanya tekanan kepribadian.

WHO juga menyatakan pada 2019, satu dari delapan orang atau 970 juta orang di seluruh dunia mengalami mental disorder.

Hasto juga menyebutkan angka perceraian di Indonesia mengalami peningkatan tajam dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data statistik, angka perceraian pada 2015 jumlahnya sekitar 350 ribu pasangan keluarga yang bercerai.

“Tetapi pada 2021, jumlah yang bercerai meningkat menjadi 580 ribu. Perlu jadi perhatian, karena ada sekitar 580 ribu anak-anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya akibat broken home,” kata Hasto.

Karena itu Hasto menekankan, perlunya membangun keluarga yang berkualitas untuk mencapai generasi muda Indonesia yang unggul dan maju. []

Komentar Anda