Ini Enam Indikator Penyebab Angka Anak Stunting Tinggi di Sulsel

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Andi Ritamariani. (Foto: Alur/RA)

Makassar - Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Andi Ritamariani mengatakan, di Sulsel terdapat keluarga berisiko, dan keluarga berkasus yang membutuhkan bantuan.

Olehnya itu, pihaknya sudah mengundang mitra BKKBN, termasuk dari pusat, perbankan, forum CSR, Baznas, kemudian dari zakat, di undang untuk membahas bersama-sama terkait penanganan stunting di Sulsel. Seperti apa model bantuannya, pihaknya secara teknis sudah sampaikan.

"Alhamdulillah, kemarin kita diberikan 7300 rak telur dari PT. SUR untuk wilayah Makassar. Kemudian tahap kedua ada 7500 rak telur yang kita bawa ke daerah, Gowa, Takalar, dan Jeneponto,"ujar Andi Ritamariani, Senin 26 Desember 2022.

Angka anak stunting di Sulawesi Selatan masih cukup tinggi. Menurutnya ada enam indikator yang menyebabkan angka stunting tiggi.

Salah satunya menurut dia, masih banyak keluarga di Sulawesi Selatan yang belum memiliki jamban yang layak di rumahnya.

Penemuan data-data itu hasil pendampingan PK21 (pendataan keluarga 2021), kemudian dilakukan identifikasi.

"Faktor lain karena menikah terlalu tua, terlalu muda dan jarak anak terlalu dekat, sehingga orang tua kadang mengabaikan untuk mengurus anaknya,"jelas Andi Rita.

Saat ini pihaknya sedang audit penemuan enam indikator itu.

"Ini yang jadi prioritas kita untuk diintervensi. Intervensinya melalui DSAS, yang menjadi donatur untuk memberikan bantuan. Tentu bantuan yang diberikan tergantung kondisi. Kalau misalnya berkaitan dengan gizi, karena ekonominya menengah ke bawah, tentu perlu bantuan secara fisik dengan paket Sembako misalnya,"tuturnya.

Sementara terkait air bersih atau jamban, kata dia, Intervensinya fisik, tapi CSR.

"Sebetulnya sudah ada yang diintervensi, dengan dibangunkan jamban. Tapi karena budaya di daerah situ yang senang kalau di laut, itu yang terjadi. Tapi lambat laun, insya Allah akan berubah,"harapnya.

Banyak juga keluarga yang mampu kata Andi Rita, punya jamban namun tidak punya sapti tank yang standar.

"Salah satu hal yang berpengaruh adalah mindset mereka. Itu yang tentu harus kita berikan edukasi,"pungkasnya. []

Komentar Anda