Hilangkan Pola Pikir Selalu Mau Jadi PNS atau Honorer Setelah Selesai Kuliah

Direktur Institut Stefanus Gandi. (Foto: Dok. Pribasi)

Manggarai - Stefanus Gandi (SG) Institut dan Parennial Institut menggelar seminar di Program Studi PGSD Unika St. Paulus Ruteng, Rabu 19 Januari 2022. Seminar bertajuk peluang kerja di era digital ini menghadirkan tiga narasumber.

Ketiganya yakni, Direktur SG Institut Stefanus Gandi, Jurnalis senior sekaligus asesor jurnalis nasional Emanuel Dewa Oja, Keprodi PGSD Unika St. Paulus Ruteng Mikael Nardi.

Direktur SG Institut, Stefanus Gandi, dalam materinya di hadapan ratusan mahasiswa menyampaikan, di era perkembangan teknologi yang kian pesat persaingan dunia kerja tentu saja semakin ketat.

Saat ini setiap orang dituntut dan dipaksakan untuk berinovasi, berpikir cepat, dan kreatif agar mampu bersaing dengan orang-orang yang sudah melek teknologi.

"Jadi, tidak harus menjadi guru kalau kuliah guru, banyak lapangan kerja yang terbuka lebar di luar sana. Salah satunya dengan memanfaatkan perkembangan digital dan teknologi dan itu sangat terbuka lebar," ungkap Stefan.

Ia juga menyentil tentang animo kebanyakan mahasiswa di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang setelah tamat kuliah ingin menjadi PNS dan pegawai honorer.

Stefan kemudian mengajak agar bangkit keluar dari cara berpikir demikian. Para sarjana hendaknya tidak terpaku pada pendidikan formal yang didapatkan di bangku kuliah.

"Di kota-kota besar banyak lapangan kerja terbuka lebar, tidak terpaku hanya pada perkembangan pada diri kita. Kalau di kota-kota tawaran pekerjaan itu banyak, kita berlomba-lomba beradaptasi dengan dengan perkembangan teknologi," tutur Direktur Indojet Aviasi di Bali itu.

Di kota, lanjut dia, setiap orang biasanya melihat peluang kerja dari segala sisi. Mereka tidak terpaku pada pengetahuan akademik.

"Jadi, apa yang kita belajar di bangku kuliah belum tentu bekerja pada sektor yang sama," katanya.

Ia juga mengajak agar para mahasiswa bisa membangkitkan rasa percaya diri dan tidak minder untuk bersaing dengan orang-orang yang sudah memanfaatkan teknologi dengan baik.

"Ketika kita minder peluang kita sudah tidak ada. Kalau kita sudah menguasai teknologi tidak harus memanfaatkan sepenuhnya kekuatan tenaga manusia," katanya.

Sementara itu, Keprodi PGSD Unika St. Paulus Ruteng Mikael Nardi mengatakan, seorang sarjana memang dituntut untuk memiliki sikap dan karakter kewirausahaan.

Manajemen kewirausahaan, kata dia, juga bisa dipakai dalam manajemen sekolah. Di tengah persaingan yang cukup ketat ini pun seorang guru dituntut untuk kreatif dan bisa memanfaat semua sumber menjadi media pembelajaran.

"Lima tahun lalu lulusan PGSD ketika kami survei ke lapangan cukup bagus penyerapannya. Namun belakangan ada kecemasan, kecemasan itu yakni karena daya serap kian menurun," kata Nardi.

Karena itu, seminar tentang peluang kerja di era digital tersebut menjadi kesempatan berharga untuk mencari peluang lain untuk bekerja. []

Komentar Anda