Masyarakat Adat Desak Bank Dunia Lanjutkan Pengembangan Geothermal Wae Sano

Para Tu\'a Golo bersama masyarakat adat di Wae Sano saat berdialog dengan tim Bank Dunia terkait proyek geothermal Wae Sano, Senin 9 Mei 2022. (Foto: Alur/Ist)

Labuan Bajo - Tim Bank Dunia melakukan kunjungan ke Desa Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin9 Mei 2022.

Kunjungan tim Bank Dunia ini untuk bertemu dan berkomunikasi dengan masyarakat secara langsung terkait  proyek Geothermal Wae Sano yang didanai oleh Bank Dunia.

Dalam kesempatan tersebut dilakukan pertemuan dengan masyarakat adat Nunang, Lempe dan Ta’al di Aula Kantor Desa Wae Sano.

“Apa yang kami lakukan saat ini, sangat menentukan tentang apa yang akan kami sampaikan kepada manajemen," kata perwakilan Bank Dunia, Muchsin Chasani, saat berdialog dengan tokoh dan masyarakat adat Nunang, Lempe dan Ta'al, Desa Wae Sano dalam rilis yang diterima Alur id, Minggu, 15 Mei 2022.

Muchsin Chasani juga mengatakan pihaknya akan mencatat semua usulan warga dan selanjutnya disampaikan ke manajemen untuk kemudian mengambil keputusan.

"Kami akan catat semua usulan warga, dan selanjutnya disampaikan ke manajemen untuk kemudian mengambil keputusan," ungkap Muchsin Chasani, yang didamping 3 delegasi Bank Dunia lainnya.

Dalam dialog tersebut, masyarakat adat Nunang, Lempe dan Ta'al secara khusus mendesak Bank Dunia agar melanjutkan kegiatan proyek Geothermal Wae Sano ini. Bahkan sejumlah tokoh masyarakat adat yang hadir dalam dialog ini juga menyatakan dukungan tegas agar Bank Dunia meneruskan usaha pengembangan energi terbarukan ini.

Tu'a Golo Nunang, Maximus Taman mengatakan, melihat proyek ini sebagai proyek yang penting bagi kelangsungan hidup masyarakat, ia mengaku kecewa bila ini dihentikan.

"Paling penting bagi kami, proyek Geothermal Wae Sano ini harus jalan terus. Ini kerinduan kami," ujarnya

"Karena itu kami minta kepada Bank Dunia agar tetap melanjutkan proyek Geothermal Wae Sano. Kalau sampai Bank Dunia tidak mendanai proyek ini, akan sangat mengecewakan ribuan orang," tambah maximus.

Dirinya menegaskan bahwa seluruh tahapan terkait proyek panas bumi ini telah dilaksanakan dengan baik. Seluruh proses juga melibatkan tiga Tu'a Golo di Desa Wae Sano bersama masyarakat adat setempat.

“Semua proses sudah dilaksanakan. Pihak proyek sudah melakukan pertemuan dengan melibatkan tiga Tu'a Golo di Wae Sano, juga masyarakat. Dan semuanya mendukung pelaksanaan proyek ini," tegas Maximus Taman.

Hal senada juga disampaikan Servatius Senaman, tokoh masyarakat Nunang. Ia memastikan bahwa dirinya menjadi salah satu saksi hidup seluruh proses terkait proyek Geothermal Wae Sano, termasuk sejak pertemuan awal yang digelar pihak proyek tahun 2018, di Hotel Jayakarta Labuan Bajo.

"Perlu dicatat, kegiatan yang dilakukan pihak proyek sejak awal sangat rapi. Dan dari seluruh tahapan itu, juga ada ritus budaya dengan tujuh Tu'a Golo dari tiga desa di sekitar Danau Sano Nggoang," beber Servatius Senaman.

Ia menyebut, salah satu ritus adat yang telah dilakukan adalah meminta restu leluhur agar tidak menghalangi seluruh proses dan pekerjaan proyek Geothermal Wae Sano.

"Jadi jika ritus adat itu saja sudah dilakukan, maka masyarakat sesungguhnya mendukung program ini. Kalau ada yang omong tolak, mereka itu bukan pemilik lahan. Ada juga yang bukan warga Wae Sano," tandasnya.

Tu'a Golo Lempe, Frederikus Janu, juga mendesak Bank Dunia untuk melanjutkan dukungan kegiatan proyek panas bumi Wae Sano ini.

"Mohon proyek ini dipercepat," pintanya, di hadapan delegasi Bank Dunia.

Dirinya juga meminta Bank Dunia, agar segera memberikan kepastian terkait masa depan proyek Geothermal Wae Sano ini.

Adapun Wakil Tua Golo Ta'al, Agustinus Salim, juga meyakinkan delegasi Bank Dunia bahwa proyek Geothermal Wae Sano sesungguhnya layak diteruskan.  Saya rasa tidak ada kendala terkait proyek ini.

"Masyarakat dari awal sudah setuju, pemerintah juga sudah berikan rekomendasi. Jadi proyek ini harus dilanjutkan," tandas Agustinus Salim.

“Bank Dunia jangan tunda-tunda lagi, segera kerjakan," ujarnya.Adapun perwakilan perempuan, Yovita Ermi, yang juga warga Dasak mengatakan sudah tidak sabar dengan proyek ini.

“Bank Dunia jangan tunda-tunda lagi, segera kerjakan," ujarnya.

Perwakilan perempuan lainnya, Kresensia Naul, juga melontarkan hal serupa. "Kami minta dengan hormat, segera lanjutkan proyek ini. Bank Dunia jangan tunda-tunda terus," kata Anna.

Selanjutnya Tu'a Beo Nunang, Paulus Dulu, juga merekomendasikan agar proyek ini jalan terus. Ia mencontohkan Geothermal Ulumbu.

"Saya sudah melakukan studi banding ke Ulumbu. Jadi tolong lanjutkan proyek Geothermal Wae Sano ini," kata Paulus Dulu.

Sebelumnya, delegasi Bank Dunia juga menggelar pertemuan dengan kelompok penolak Geothermal Wae Sano, yang dihadiri sekitar 100 orang sesuai dengan jumlah penolak yang menyampaikan keluhan ke bank dunia. Jumlah ini merupakan 16 % dari jumlah keseluruhan keluarga yang ada di Desa Wae Sano.

Dalam dialog tersebut para penolak bersikeras menolak proyek, “Pokoknya menolak” ujar mereka. Namun pada kesempatan tersebut, mereka belum dapat menyampaikan alasan obyektif dan solusi bersama kepada Bank Dunia. []

Komentar Anda