Tahun 2023, Bank Indonesia Perkirakan Ekonomi Sulsel Lebih Kuat

Pimpinan Bank Indonesia perwakil Sulsel saat jumpa pers di Restoran Goodfield Makassar. (Istimewa)

Makassar - Bank Indonesia Sulawesi Selatan memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 akan lebih kuat jika dibandingkan 2022. Hal tersebut disampaikan Deputi BI Sulsel, M Firdauz Muttaqin saat diseminasi informasi di Restoran Goodfield Makassar, Rabu (8/2).

Firdaus menjelaskan perekonomian Sulsel diperakirakan melanjutkan akan pertumbuhan yang kuat pada tahun 2023. Hal itu, dikarenakan Sulsel memiliki pondasi ekonomi cukup kuat dari sejumlah komoditas unggulan.

"Sulsel optimis dapat tumbuh kuat di 2023 karena didukung oleh berbagai komoditas unggulan dan memiliki posisi strategis sebagai hub Kawasan Timur Indonesia. Selain itu, Sulsel memiliki peluang lainnya sebagai new source of growth antara lain pariwisata dan digitalisasi," ujarnya.

Firdauz menjelaskan jika melihat data triwulan IV tahun 2022, ekonomi Sulsel bahkan lebih tinggi dibandingkan nasional yakni 5,11 persen (yoy). Meski demikian, jika dibandingkan triwulan III, ekonomi Sulsel melambat.

"Dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,68% (yoy). Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2022 dipengaruhi oleh faktor high base effect, seiring dengan normalisasi aktivitas masyarakat pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya.

"Secara keseluruhan tahun 2022, ekonomi Sulsel tumbuh 5,09 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 4,64% (yoy)," bebernya.

Firdauz membeberkan sektor pertanian, kelautan, kehutanan, dan perikanan menjadi penyumbang tertinggi pada sisi lapangan usaha (LU). Tercatat sektor tersebut menyumbang hingga 6,75 persen.

"Permintaan industri dan jasa penyediaan makanan-minuman yang meningkat menjadi insentif bagi peningkatan produksi pertanian, meskipun di tengah tantangan curah hujan yang tinggi," sebutnya.

Selain itu, kta Firdauz, LU Informasi dan Komunikasi juga menyumbang pertumbuhan sebesar 5,94% (yoy). Hal tersebut dikarenakan penguatan digitalisasi.

"Kinerja LU Pertambangan (4,69%; yoy) juga membaik setelah 3 (tiga) triwulan mengalami kontraksi seiring selesainya maintenance mesin produksi korporasi utama nickel matte. Lebih lanjut, LU Konstruksi kembali tumbuh positif (2,73%; yoy) setelah terkontraksi pada triwulan sebelumnya didukung oleh berlanjutnya proyek infrastruktur pemerintah," urainya.

Berbeda untuk LU Industri Pengolahan, transportasi-pergudangan, serta penyediaan akmamin. Untuk LU ini masih mengalami perlambatan pertumbuhan.

"Hal ini karena sejalan dengan perlambatan Konsumsi Rumah Tangga (RT)," sebutnya.

Dari sisi pengeluaran, seluruh komponen ekonomi mengalami perlambatan, ternormalisasi dari pertumbuhan tinggi pada triwulan III 2022. Konsumsi RT dan Ekspor Barang dan Jasa tetap tumbuh kuat masing-masing 5,61% (yoy) dan 15,47% (yoy).

"Meskipun melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kuatnya pertumbuhan Konsumsi RT didukung oleh pelaksanaan HBKN Nataru," ujar Firdaus.

Sementara itu, kinerja Ekspor Barang dan Jasa Sulsel masih ditopang oleh komoditas nickel matte yang meningkat. Di sisi lain, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) terkontraksi 0,65% (yoy) terutama dikontribusi oleh perlambatan investasi nonbangunan (mesin dan peralatan industri) setelah tumbuh tinggi pada triwulan sebelumnya (11,36%; yoy).

"Sementara itu, Impor Barang dan Jasa Sulsel tumbuh 2,36% (yoy) terutama dikontribusi impor bahan baku (gandum dan bahan baku pakan ternak) serta impor barang modal (mesin dan peralatan listrik)," kata dia.

Firdauz mengaku akselerasi pertumbuhan ekonomi ke depan membutuhkan sinergi dan inovasi. Hal itu, guna mendorong percepatan investasi, pengembangan sektor berorientasi ekspor dan substitusi impor, serta pengembangan pariwisata dan infrastruktur yang terkoneksi.

"Bank Indonesia terus bersinergi dengan Pemerintah Daerah dan instansi terkait lainnya dalam mendorong pertumbuhan serta menjaga stabilitas ekonomi Sulsel antara lain melalui pengendalian inflasi oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), peningkatan dan perluasan akses keuangan oleh Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD), dan percepatan digitalisasi finansial oleh Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) serta Forum Percepatan Investasi, Perdagangan, dan Pariwisata Sulawesi Selatan (Pinisi Sultan)," bebernya.[]

Komentar Anda