Cerita Ananda: Jembatan Millenial dan Gen Z

Ananda Ainun Bacaleg PDIP Kota Makassar

Ananda Ainun Jariah saat ini disebut sebagai rising star dalam proses kandidasi calon legislatif DPRD Kota Makassar.

Ananda berbicara keresahaanya soal kesetaraan gender, dan  stigma perempuan yang identik sebagai kasta kedua dalam ruang politik.

Perempuan berdarah Makassar ini bercerita tentang cita-citanya, serta keinginannya memperjuangkan hak-hak perempuan, mendorong kebijakan inklusif, dan mengatasi kesenjangan gender.

Selain, itu dia mendorong  perempuan untuk berani mengambil sikap mandiri.

Apa alasan Ananda untuk berani maju sebagai calon anggota legistalatif DPRD Kota Makassar?

Pertama saya ingin menegaskan bahwa perempuan bukan sebagai pelengkap dalam dunia politik. Perempuan bukan lagi sebagai obyek politik, tetapi yang kita mau dorong saat ini adalah bagaimana perempuan bisa ikut dalam kebijakan yang menyangkut  pembangunan sosial, politik, dan ekonomi Kota Makassar.

Sebelum memutuskan maju dalam dunia politik, dari kacamata Ananda, bagaimana melihat perempuan dari kelompok Gen Z?

Banyak perempuan Gen Z terlibat dalam aktivisme sosial dan isu-isu lingkungan di mata saya.

Mereka menggunakan kekuatan suara mereka untuk memperjuangkan hak asasi manusia, perubahan iklim, penghapusan kekerasan, dan isu-isu penting lainnya.

Mereka umumnya lebih inklusif dan menerima perbedaan dalam hal identitas gender, dan keberagaman budaya.

Mereka cenderung memperjuangkan kesetaraan, mendorong penghargaan terhadap keunikan individu, dan melawan diskriminasi.

Menariknya, Perempuan Gen Z secara aktif terlibat dalam isu-isu sosial yang berkaitan dengan hak asasi manusia, kesetaraan gender, keadilan rasial, hak imigran, dan lingkungan.

Mereka cenderung mendukung kandidat yang memperjuangkan isu-isu ini. Dan posisi saya adalah bagaimana menjadi jembatan dan menangkap gerakan gerakan ini.

Setiap generasi kan juga punya masalahnya, apa masalah dari perempuan Generasi Z ini?

Yang pertama dan utama adalah perempuan Generasi Z masih sering mengalami kekerasan dan pelecehan seksual dalam berbagai bentuk, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Masih ada kesenjangan yang perlu diatasi. Perempuan Generasi Z juga masih menghadapi diskriminasi gender, penggajiannya yang lebih rendah, kesulitan dalam mencapai posisi kepemimpinan, dan akses yang terbatas ke pendidikan dan kesempatan karier yang setara.

Lalu solusinya dalam kebijakan yang nanti Ananda perjuangkan lewat legislatif?

Pertama soal implementasi dan penegakan hukum yang ketat terhadap diskriminasi gender di tempat kerja, termasuk ketentuan upah yang setara dan promosi yang adil.

Pembuatan dan penguatan undang-undang perlindungan terhadap kekerasan dan pelecehan seksual, serta peningkatan sanksi bagi pelaku.

Lalu pada Program beasiswa dan bantuan keuangan untuk membantu perempuan Generasi Z dalam mengakses pendidikan tinggi dan pelatihan keterampilan yang relevan.

Solusi dari sisi ekonomi dan politik?

Pada kebijakan Kebijakan Ekonomi, yakni Pemberian insentif dan dukungan keuangan untuk memfasilitasi kewirausahaan perempuan Generasi Z, termasuk pelatihan kewirausahaan dan akses modal.

Peningkatan peluang kerja yang setara dan inklusif, termasuk program pelatihan keterampilan yang mencakup sektor-sektor yang dianggap "tradisional" didominasi oleh laki-laki.

Peningkatan perlindungan dan hak pekerja perempuan, termasuk kebijakan cuti yang adil, pengaturan kerja fleksibel, dan dukungan dalam mengatasi hambatan karier.

Dan yang terakhir, program pelatihan dan mentorship khusus yang membantu perempuan Generasi Z dalam membangun keterampilan kepemimpinan dan keterampilan politik. []

Komentar Anda