Jakarta - Senin malam di Cipete kembali menjadi panggung bagi suara-suara yang tak biasa. Tepatnya pada 15 September 2025, Main-Main di Cipete edisi ke-26 digelar di Casatopia Cafe, menghadirkan lima musisi dengan karakter musikal yang tak seragam dan justru di sanalah letak kekuatannya.
Tanpa tiket masuk dan terbuka untuk siapa saja, acara ini tetap setia pada semangatnya: menjadi ruang tumbuh bagi musik alternatif dan komunitas yang mendukungnya.
Dipandu oleh Eno Suratno Wongsodimedjo dan Qenny Alyanno, dua host yang telah menjadi wajah akrab sejak edisi pertama, Main-Main di Cipete menawarkan lebih dari sekadar pertunjukan, dia adalah perayaan kejujuran dalam bermusik.
Reza Miranda membuka malam dengan lagu-lagu dari EP 1994, seperti HTS dan Wajar, yang berbicara tentang relasi dan pencarian makna. Musiknya tenang, tapi sarat perenungan.
Sabarian menyusul dengan Detik Menit, lagu yang sempat viral karena liriknya yang menyentuh dan aransemen yang sederhana namun kuat.
Sujar Band membawa penonton ke masa lalu lewat Ku Akui dan Malaikat Tak Bersayap, lalu mengajak kembali ke masa kini dengan Memilih Dimiliki.
Nostalgia bertemu dengan orisinalitas, dan penonton menyambutnya dengan hangat. Tirta Adilla, yang dulu dikenal sebagai vokalis Drive, tampil solo dengan Reinkarnasi, lagu yang sunyi namun dalam, tentang kehilangan dan harapan akan pertemuan kembali.
Malam ditutup oleh Mia Ismi, satu-satunya wakil Indonesia dalam proyek global The World Album.
Ia membawakan Main Cantik (Dangerous Game), lagu bilingual dengan aransemen dark pop dan biola bambu yang eksperimental. Penampilannya menjadi penutup yang tak biasa, sekaligus penanda bahwa Main-Main di Cipete tak pernah takut untuk melangkah keluar dari pakem.
Edisi ke-26 ini kembali menegaskan bahwa Cipete bukan hanya tempat, tapi juga atmosfer. Di sana, musik bukan sekadar hiburan, melainkan medium untuk menyampaikan yang tak bisa diucapkan. Dan Main-Main di Cipete adalah ruang di mana semua itu diberi panggung. []