Jakarta - Unit garage rock asal Surabaya, Electric Bird kembali menyuarakan keresahan sosial lewat karya terbaru berupa single berjudul Belantara. Lagu ini hadir sebagai bagian ketiga dari rangkaian menuju album kedua bertajuk Odyssey.
Namun lebih dari sekadar rilisan, single Belantara adalah cermin dari realitas yang mereka amati—tentang ketimpangan, tentang rakyat yang dilupakan, tentang suara-suara yang hanya dicari saat dibutuhkan.
Lagu Belantara bukan hanya judul, melainkan metafora. Lagu ini menggambarkan kondisi sosial yang kian runyam, di mana kaum bawah hidup dalam tekanan, sementara kaum elite terang-terangan meraup keuntungan dari posisi mereka.
Pemerintah yang acuh, rakyat yang terpinggirkan, dan sistem yang menyerupai hukum rimba—semua terangkum dalam lirik yang tajam dan penuh amarah. Electric Bird menulis dari sudut pandang pribadi, dari pengamatan yang jujur, dan dari kegelisahan yang tak bisa lagi dibungkam.
Secara musikal, single Belantara menunjukkan arah baru yang tengah dijelajahi Electric Bird. Beat yang lebih dansa, irama yang mengalir dengan nuansa disco, dan distorsi gitar yang tetap menjadi tulang punggung mereka, berpadu menjadi suara yang segar namun tetap menggigit.
Ini adalah perkenalan terhadap identitas baru yang akan lebih terasa dalam album Odyssey mendatang. Sebelumnya, mereka telah membuka pintu era ini lewat single Aurora yang dirilis pada Mei lalu.
Tak hanya soal musik, single Belantara juga menjadi momentum peralihan formasi. Julio Mulya, yang sebelumnya berperan sebagai produser dan pengisi gitar-synth, kini resmi bergabung sebagai anggota tetap.
Posisi drum yang selama setahun terakhir diisi oleh pemain tambahan kini diisi oleh Kurniawan Prasetyo, yang juga telah berkontribusi dalam rilisan sebelumnya. Bersama Ananda Dafa (gitar), Rahmana Wiradanu (vokal-bass), dan Vicky Aslam (gitar), Electric Bird kini tampil sebagai kuintet yang solid dan siap melangkah lebih jauh.
Formasi baru ini membawa dinamika yang berbeda. Kolaborasi menjadi lebih erat, eksplorasi musikal lebih berani, dan arah artistik semakin jelas. Mereka tak lagi sekadar trio yang bertahan, tapi sebuah unit yang siap menyuarakan keresahan dengan kekuatan penuh.
Saat ini, Electric Bird tengah merampungkan album kedua mereka dan bersiap untuk merilis satu single terakhir sebelum Odyssey resmi diluncurkan. Single Belantara menjadi penanda bahwa mereka tak hanya tumbuh secara musikal, tapi juga secara naratif.
Di tengah lanskap musik Indonesia yang terus berubah, Electric Bird memilih jalur yang jujur—menyuarakan yang tak terdengar, menuliskan yang tak terucap, dan memainkan nada-nada perlawanan dari Surabaya. []